Indonesia itu semangatnya

zul
8
Indonesia itu adalah Semangatnya, persaudaraanya, ragam bahasanya, ras dan sukunya tapi keakuranlah yang menjadi ciri khasnya, begitu juga dengan keramahannya.
Suatu hari kami kami dikirim ke sebuah kampung di gunung daerah Loksado Kalimatan Selatan. Tariban nama kampungnya, hidup berbaur dengan masyarakat daerah pegunungan bukanlah hal yang mudah bagi kami, keunikan bahasa mereka dan kebiasaan yang jauh dari kota. Mereka tak mengenal teknologi, mereka juga tak mengenal apa itu tablet, ipad, hingga berbagai macam gadget yang terbaru. Mereka hanya mengenal sawah, ladang, bukit dan gunung. Hidup bisa makan 3x sehari itu sudah sebuah kesyukuran bagi mereka. Mereka juga tak pernah merasa hidup dalam tuntutan. Hidup apa adanya, dan mereka selalu terlihat bahagia. Tak bisa dipungkiri, umur mereka terlihat lebih lama, hidup dengan alam, itulah kunci kesehatan mereka. Bahkan mereka yang sudah terlihat begitu tua, ternyata mereka masih kuat untuk naik turun gunung.
9 hari di gunung memberikan berbagai pelajaran hidup yang sangat berharga bagi kami, betapa kurang mensyukurinya arti hidup agar bisa menjalani hidup apa adanya.
Di hari-hari pertama kami hidup di sana, kami merasa begitu kesepian, karena tak adanya listrik dan jaringan ponsel di sana. Dan hingga akhirnya kami belajar untuk mencoba hidup lepas dari berbagai hal tersebut. Dan hari-hari selanjutnya adalah hari yang penuh ceria dan menyenangkan. Sepertinya cerianya anak-anak di sana, mereka ceria dan selalu patuh terhadap apapun suruhan orang tua mereka. Satu hal yang tak bisa saya lupa, adalah semangat mereka. semangat dalam belajar tentunya, berjalan melewati 4km menuju sekolah selalu mereka lewati dengan ceria, perjalanan yang tak hanya naik turun gunung, tetapi harus melewati beberapa sungai dengan jembatan gantung yang papannya agak mulai rapuh, saya gemetar kalau lewat jembatan ini. Ketika naik gunung mereka dengan mudahnya melewatinya, bahkan sambil kejar-kejaran dan loncat-loncatan bersama teman mereka. Sedangkan kami tertinggal jauh di belakang mereka, sembari menarik nafas untuk terus kuat berjalan seperti mereka. Semangat yang hebat.
Hanya kadang sangat disayangkan, ketika mereka hadir ke sekolah, para guru mereka harus absen, mungkin itulah cobaannya, karena sekolahnya di gunung maka pengajar mereka pun juga kadang kesulitan untuk mencapai sekolah, semoga para guru di sana selalu mempunyai semangat seperti anak-anak di sana, agar kegiatan belajar mengajar selalu lancar.
Sore harinya, kami mengajar ngaji di sana. Setiap sore juga anak-anak ini selalu memenuhi surau tersebut, lagi-lagi semangat mereka dalam belajar.
Hari semakin berlalu, hingga akhirnya sampailah kami di ujung hari kami harus mengabdi di sana. kami berlima bingung untuk mengadakan acara apa sebelum hari perpulangan, karena kurangnya dana dan berbagai persiapan tentunya, dan ketika kami musyawarahkan dengan masyarakat di sana, mereka pun menyambutnya dengan senang hati. Kami mengadakan acara tabligh akbar di kampung tersebut, dan undanganpun kami sebar di desa-desa tetangga. Satu kampung bergotong royong bersama membangun panggung untuk kegiatan nanti malam. Saya terharu dengan kerukunan mereka, tak disangka, para bapaknya semua tak ada yang absen, begitu juga dengan para ibu-ibu yang menyiapkan makanan. Tak mudah membuat panggung di daerah sana, karena harus menggunakan berbagai pohon untuk tiangnya, dan menggunakan papan-papan sebagai lantainya, berbeda dengan di kota yang hanya tinggal sewa, maka panggung pun jadi. Tetapi begitulah. Semangat dan kerukunan mereka yang perlu di contoh.
Acara pun berlangsung sukses, dengan sang penceramah yang begitu jenaka, membawa kehangatan dan tawa dalam acara.
Keesokan harinya, kami harus pulang meninggalkan kampung yang begitu banyak memberikan pelajaran kepada kami. Tak hanya kerukunan hidup dalam keseharian dan kesederhanaan mereka, tetapi juga berbagai semangat mereka dalam menjalani hidup, dan semangat anak-anak dalam belajar di pegunungan. Mungkin hal ini yang saya rasakan dari warnanya Indonesia. Sangat disayangkan kadang terjadi konflik di beberapa tempat di Indonesia,  Kita merindukan di mana waktu dulu Indonesia bersatu melawan penjajah, semangat di saat bamboo runcing lah yang mampu memporak-porandakan para sekutu. Hidup Indonesia, Damai dan Semangat Indonesiaku.
Salam
Tags

Posting Komentar

8 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
  1. harusnya saat ini lebih semangat lagi ya

    BalasHapus
  2. betul banget bund....selalu meningkatkan semangat

    BalasHapus
  3. hadir untuk meramaikan suasana

    BalasHapus
  4. kadang hidup di kampung itu lebih nyaman ya, tidak perlu berhadapan dengan bisingnya kota, polusi udara, macet, hidup seperti lebih bebas :)

    BalasHapus
  5. sangat beruntung masih menjumpai kampung seperti itu ya sob...sebagian lain di beberapa tempat kampungnya malah serasa seperti di kota aja, kampung dan kota hampit tidak ada perbedaannya, seperti dikampung saya, padahala di ujung sulawesi tapi suasanan kampung gak terasa lagi...globalisasi memang dasyat :)

    BalasHapus
  6. @ ahmad : kehadiranmuu kuu tungguuuu...datanglaaahhh

    @ NF : iyaa. cuman kadang sayang banget belum terjamah listrik.

    @ Tonny : iya, Alhamdulillah, tapi di desa sebelah terus ke sebelah udah pada modern...

    BalasHapus
  7. Salut buat anak2 seperti mereka. kadang dari kesulitanlah kita menjadi lebih hebat karena telah terbiasa. :-)

    BalasHapus
  8. betul banget mba....motivasi untuk lebih hidup yaa...huhu

    BalasHapus
Posting Komentar

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top