Mereka Kemana ???
Retak tanah tak menghentikan langkahmu
Membakar peluh yang menetes mengalir
Beratnya beban yang bersahabat denganmu
Mungkinkah tulang itu akan selalu bergerak untuk itu
Sebuah ungkapan berat yang pantas diberikan untuk mereka, mereka yang berjalan di bawah terik panas matahari ataukah berpayungkan awan yang melintas, perjuangan mereka seakan tak berarti apa-apa, pernahkah terbersit di hati kita untuk menyapa mereka, berpaluh keringat berbasah hujan tak mereka hiraukan hanya untuk mencari sekoin perak, bukankah begitu…mereka itulah para tukang sampah, yang rela menghabiskan umurnya untuk bekerja demi semua, umur yang sudah bau tanah tak mereka hiraukan, seakan tenaga yang mereka miliki seakan tenaga seorang pemuda yang penuh dengan stamina, mereka tidak seperti itu….kadang dengan payahnya mereka menarik gerobak sampah yang penuh dengan muatannya, seorang diri dengan condongnya badan seakan beban yang ditarik seperti terikat kuat pada sebatang pohon, uban yang memenuhi kepala mereka seakan terlihat menyala-nyala memberikan warna bahwa mereka sudah tidak muda lagi. Siapa yang patut disalahkan di saat badan lemah mereka akan tergeletak kelelahan, ataupun kehilangan nafas untuk kehidupan mereka. Siapa yang patut disalahkan….memang untuk hal-hal berat yang ternyata kita lupakan sebenarnya sangat berarti efeknya bagi mereka. Tapi yang harus dipertanyakan adalah “Mana anak-anak mereka! , Mana keluarga mereka! Mana kerabat-kerabat mereka!!!
Begitu teganya mereka membiarkan orang tuanya menarik gerobak besar yang penuh dengan muatan sampah, begitu teganya mereka membiarkan waktu istirahat mereka hanya untuk mencari nafkah….
Memang kita tidak bisa memungkiri semua hal tersebut, hanya kadang kita masih mempunyai hati, hati yang kadang selalu terenyuh melihat perjuangan mereka untuk memperjuangkan hidup.
Kadang tak hanya para penarik gerobak sampah saja yang membuat hati selalu berujar tetapi mereka yang mengendong anak mereka pada dinginnya gemuruh malam di perempatan lampu merah, juga mereka-mereka yang duduk dengan pakaian yang super lusuh berharap uang perak masuk ke mangkok kecil mereka juga demi mempertahankan hidup, umur mereka tidak muda, bahkan sudah sangat tua untuk tetap mencari uang bagi mereka.
Kotornya pakaian, menghitamnya kulit mereka akibat sentuhan debu jalanan memberikan gambaran seakan lebih menguatkan bahwa hidup itu memang begitu berat bagi kita dan mereka. Hanya satu masalah di saat kita bertemu dengan mereka di jalanan sana, kita begitu berat untuk merogeh kocek barang seribu perak saja sangat sulit untuk berbagi buat mereka, memang itulah beratnya kita, sebuah pelajaran dan gambaran buat kita, bagaimana kalau seandainya kita di posisi mereka. Padalah uang sekecil itu sangat berarti buat mereka, dan memang itulah jalan nafkah mereka. Yang terpenting jangan sampai keegoisan kita mengalahkan segalanya.
Biarkan hati kita berkata.
Posting Komentar
2 Komentar* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
banyak hal yang sering tidak kita perhatikan ... seperti tulisan di atas, menggugah!
BalasHapusMereka tu siapa Jul?
BalasHapus